Libur panjang kaya kereta api is back?
Yoi guys, kamu udah denger belum wacana pemerintah buat ngeliburin sekolah sebulan penuh selama Ramadan 2025? Beneran. Serius.
Siapa bilang?
Dari pemerintah, especially Kementerian Agama. Yep, sekitar minggu lalu, Menteri Agama Nasaruddin Umar memunculkan wacana ini. Menurutnya, wacana ini digulirkannya demi mendorong masyarakat memahami esensi dari bulan suci Ramadhan, yakni fokus beribadah. Selain itu, para peserta didik nantinya bisa meningkatkan pahala melalui berpuasa penuh, mengaji, menghafal Al Quran, dan berkumpul bersama keluarga. However, Prof Nasar menegaskan bahwa kebijakan ini perlu perumusan dan perundingan yang matang dari berbagai pihak sebelum bener-bener diimplementasikan.
OK...
Selanjutnya, Wamenag, Romo HR. Muhammad Syafi'i bilang bahwa wacana ini emang ada, dan ini bukan hal baru. Yep, libur sebulan juga pernah diberlakukan di eranya Gus Dur, guys. Tapi ya balik lagi, belum ada pembahasan lebih lanjut soal wacana ini.
Jadi belum ada kepastian nih?
Belum guys, tapi sabar aja karena kata Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pratikno, pihaknya bakal segera ketemu ama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, buat bahas rencana ini. Selain itu, Pak Abdul Mu'ti sendiri sempet bilang bahwa belum ada pembahasan soal wacana ini, jadi yha ditunggu aja.
Well, Did anyone say anything?
Yep, anggota Komisi X DPR RI, Habib Syarief Muhammad Alaydrus bilang bahwa rencana libur sekolah selama Ramadan dimatangkan dan ditimbang dampak baik dan buruknya buat siswa. Menurutnya kalo emang sekolah mau diliburin, maka perlu diganti sama aktivitas pembelajaran keagamaan. Selain itu, tetep perlu ada format yang jelas supaya kegiatan pengganti selama Ramadan berjalan sesuai harapan. Jangan sampai anak-anak malah bosan ketika harus tinggal di rumah karena libur sekolah.
Any other POV?
Yes. Menurut Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriawan Salim, harus ada analisis holistik sebelum libur panjang selama Ramadan diterapkan pada anak murid di sekolah umum dan madrasah. Menurut Salim, ada lima aspek utama yang harus dijadikan pertimbangan pemangku kebijakan sebelum nerapin libur sebulan selama Ramadan, guys. Pertama, layanan pendidikan untuk siswa non-Muslim untuk menghindari diskriminasi. Kedua, dampaknya buat gaji para guru dan pengajar. Ketiga, penyesuaian jam belajar atau penerapan program khusus seperti pesantren Ramadan. Keempat, pengawasan siswa yang minim, sampai kelima dampak yang muncul karena libur terlalu panjang.
Alrighty. Anything else?
Well, udah kata agama, pendidikan hingga DPR, kini ayo kita dengar secara psikologi, guys. Jadi menurut Dosen Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Maryam Alatas, dampak baik dari libur sekolah yang panjang selama Ramadan kaitannya dengan peningkatan ibadah dan pembentukan karakter anak. Bulan Ramadan bisa jadi waktu yang tepat untuk mengenalkan berbagai nilai agama dan moral dengan lebih intens pada anak. Hal ini bisa dilihat dari ragam aktivitas yang diselenggarakan di sekitar rumah, seperti Masjid atau lembaga keagamaan lain. Sedangkan, dampak negatif dari wacana libur panjang ini adalah risiko kejenuhan dan kebosanan pada anak-anak. Hal ini kemungkinan akan mendorong anak-anak lebih terpaku pada gadget miliknya.